Studi Islam
Ajaran-ajaran yang membahas mengenai ilmu pengetahuan tentang agama dan praktik-praktik keagamaan islam
A. Pengertian Studi Islam
Apa itu studi islam? Dalam bahasa arab
kita menyebutnya dengan Dirasat al-Islamiyah sedangkan dalam bahasa inggris
disebut dengan Islamic Studies. Kata studi sendiri berasal dari bahasa inggris
yaitu study yang berarti mempelajari atau mengkaji. Dalam hal ini yang dimaksud
mempelajari atau mengkaji yaitu pengkajian islam sebagai agama dan sumber
ajaran untuk kehidupan. Kata islam sendiri memiliki arti yang berasal dari
bahasa arab, salima yang berarti
selamat, berserah, tunduk, dan aslama
yang berarti taat, berserah, dan ketundukan. Islam adalah agama yang diturunkan
oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan
perantara malaikat jibril ‘alaihissalam
dan disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada umat manusia sebagi petunjuk dan pedoman hidup
manusia di dunia yang akanmembawa manusia dari jalan yang gelap gulita menuju
terang benderang. Menurut Abdul Mujib
dan Mudzakkir Studi Islam merupakan “usaha sadar dan sistematis untuk
mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau
hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran,
sejarah maupun praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan
sehari-hari, sepanjang sejarayhnya”.
B. Urgensi Studi Islam
Pelaksanaan studi islam merupakan
sebuah urgensi karena itu merupakan komponen dalam menciptakan masyarakat yang
adil, damai, dan makmur. Dalam mewujudkan itu semua penting bagi setiap umat
untuk mempelajari pendidikan islam dan selain itu juga dapat mengembangkan
segenap potensi yang dimiliki, baik jasmaniah dan rohaniah. Pendidikan Islam
bersifat urgen bagi umat manusia, karena pendidikan Islam merupakan pegangan
dalam kehidupan manusia untuk bekal di akhirat. Majunya pendidikan Islam bukan
hanya sekedar tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri, namun itu merupakan
sebuah kewajiban bagi setiap insan. Adanya permasalahan bukan berarti
menjadikan pendidikan islam semakin terpuruk, namun permasalahan itulah yang
akan menjadi sebuah pacuan untuk manusia menemukan jalan keluar dan
mengembangkan studi Islam.
Salah satu prinsip
fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi pasti akan
lenyap dengan sendirinya. Karenanya agama islam dari dulu hingga sekarang dengan tangguh menyatakan eksistensinya. Hali ini berarti
bahwa agama mempunyai dan memerankan sejumlah peran dan fungsinya di masyarakat. Oleh karena itu , study islam dituntut untuk
membuka dirinya agar studi islam mampu berkembang dan beradaptasi dengan dunia
modern serta menjawab tantangan kehidupan dunia dan mudaya modern.
C. Ruang Lingkup Studi Islam
Menurut
Muhammad Nur Hakim, tidak semua aspek agama khususnya islam dapat menjadi obyek
studi. Dalam konteks Studi Islam, ada beberapa aspek tertentu dari islam yang
dapat menjadi obyek studi, yaitu:
1. Islam sebagai doktrin
dari tuhan yang kebenarannnya bagi pemeluknya sudah final, dalam arti absolut,
dan diterima secara apa adanya.
2. Sebagai gejala budaya
yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan
agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
3. Sebagai interaksi sosial
yaitu realitas umat islam.
Sementara
menurut Muhammmad Amin Abdullah terdapat tiga wilayah keilmuan agama islam yang
dapat menjadi obyek studi islam:
1. Wilayah praktek
keyakianan dan pemahaman terhadap wahyu yang telah diinterpretasikan sedemikian
rupa oleh para ulama, tokoh panutan masyarakat pada umumnya. Wilayah praktek
ini umumnya tanpa melalui klarifikasi dan penjernihan teoritik keilmuan yang di
pentingkan disisni adalah pengalaman.
2. Wilayah tori-teori
keilmuan yang dirancang dan disusun sistematika dan metodologinya oleh para
ilmuan, para ahli, dan para ulama sesuai bidang kajiannya masing-masing. Apa
yang ada pada wilayah ini sebenarnya tidak lain dan tidak bukan adalah
“teori-teori” keilmuan agama islam, baik secara deduktif dari nash-nash atau
teks-teks wahyu , maupun secara induktif dari praktek-praktek keagamaan yang
hidup dalam masyarakat era kenabian, sahabat, tabi’in maupun sepanjang sejarah
perkembangan masyarakat muslim dimanapun mereka berada.
3. Telah teritis yang
lebih popular disebut metadiscourse, terhadap sejarah
perkembangan jatuh bangunnya teori-teori yang disusunoleh kalangan ilmuan dan
ulama pada lapis kedua. Wilayah pada lapis ketiga yang kompleks dan sophisticated inilah
yang sesungguhnya dibidangi oleh filsafat ilmu-ilmu keislaman.
Komentar
Posting Komentar